Minggu, 19 Juli 2015

SHEILA ON 19



“Jadi mamas udah pernah pacaran berapa kali?” Tanyanya tanpa menatap ke arahku. Matanya fokus lurus ke depan dan tangannya lincah dan sigap mengendalikan stir agar mobil tidak hilang kendali.

“18 kali. Kalau ditambah sama kamu, jadinya udah 19 kali.”

“Wah.. Banyak juga ya.” Dia menoleh ke arahku kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hahaha!”

“Terus di antara itu semua, paling lama kamu pacaran sama yang mana dan berapa lama?”

“Sama yang nomer 10.” Jawabku singkat.

“Nomer 10? kamu ini memang ingat atau pacar kamu memang kamu nomerin kaya hewan kurban?”

“Ingat. Soalnya aku pernah kasih dia kado jersey Manchester United nomor punggung 10, Lionel Messi.”

“Manchester United? Lionel Messi? Bukannya Messi pemain Barcelona?” Tanyanya keheranan.

“Pertanyaanmu kurang lebih sama seperti dia dulu.” Aku tersenyum. “Kamu mau tau aku jawab apa?”

“Apa?”

“Dengan cinta, semua bisa menjadi nyata.”

“Pret!!”

“Hahaha!”

Dia mencubit gemas lenganku. Awalnya pelan tapi lama kelamaan cubitannya makin keras dan mengecil sehingga menimbulkan perih. Dalam hati aku ingin berteriak, SAKIT ANYING!!   

“Terus kenapa kamu putus sama dia? Katanya cinta?” Ia kembali bertanya.

“Awalnya aku sama dia itu berbeda keyakinan. Semua harusnya berjalan dengan baik, sampai akhirnya suatu hari dia berkata kepadaku kalau dia sudah berpindah keyakinan, menganut keyakinan yang sama denganku. Saat itu juga aku putusin dia.”

“Lah, kok gitu sih? Bukannya kamu harusnya senang?”

“Enggak. Aku enggak suka dia pindah agama demi aku. Intinya, jangan pernah percaya sama seseorang yang pindah keyakinan meskipun katanya demi cinta. Logikanya, Tuhan aja dia khianati, apalagi aku yang hanya manusia.”

“Sadis. Hahaha.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Terus dia bilang apa pas kamu putusin?”

“Dia bilang, ‘Lah? Kok gitu sih?’ ”

Bulan Februari memang benar-benar bulan yang selalu penuh dengan cinta. Setidaknya buatku. Sejak aku akil baligh sampai sekarang, aku tidak pernah merasakan patah hati di bulan ini. Aku selalu mempunyai kekasih di bulan ini, baik itu kekasih lama yang telah aku pacari berbulan-bulan lamanya atau kekasih baru yang baru aku tembak di bulan Januari. Dan di bulan Februari kali ini, masih sama seperti dulu. Aku mempunyai seorang kekasih.

Risheila Febiola.

Itu nama kekasihku saat ini. Aku biasanya memanggilnya dengan nama Sheila. Tepat seminggu yang lalu aku mengungkapkan perasaanku, memintanya untuk menjadi kekasihku dan dia menerima permintaanku tersebut.

Sheila ini tipe perempuan yang Mandiri. Manja dan suka pakai tangan kiri alias kidal. Karena sifatnya yang manja, dia memanggilku dengan panggilan sayang ‘kangmas’ atau ‘mamas’, mungkin karena namaku agak terlalu Jawa, Saktiawan Sadewa Pamungkas. Tapi dari dulu aku lebih senang dipanggil dengan nama Pedro. Alasannya karena dari kecil aku ngefans sama karakter Pedro di serial Amigos. Sayang teman-temanku enggak ada yang memanggilku Pedro, mereka lebih sering memanggilku Wawan. Dari Pedro ke Wawan.

Oke! Enggak beda jauh kok.

“Sayang..”

“Iya, mamas? Kenapa?”

“CD-nya ganti dong. Masa dari tadi lagunya Dewa 19 terus. Ganti sama CD Sheila On 7 punyaku dong.”

“Nanti doong… Belum juga ada satu album ini diputar.” Tolaknya. “Lagian enakan lagu Dewa 19. Aku suka lagu Sheila On 7, tapi lagu Dewa 19 itu lebih puitis dan filosofis.”

“Eh, lagu Sheila On 7 juga puistis tapi dengan gaya yang apa adanya.” Aku tidak mau kalah. “Lagian aku suka sama kamu kan salah satunya gara-gara nama kamu ada kata ‘Sheila’-nya.”

“Kamu juga. Nama kamu ada kata ‘Dewa’-nya.” Ia juga tidak mau kalah.

“Semua kisah hubungan percintaan itu ada di lagu Sheila On 7. Mereka punya lagu tentang hubungan LDR, Bertahan Di Sana. Dewa 19 punya enggak?”

“Punya!”

“Apa?”

Kangen.” Jawabnya tegas. “Lagu tentang seseorang yang menerima surat dari kekasihnya yang sedang rindu dan setia menunggu ia pulang.”

Percayalah padaku akupun rindu kamu
Ku akan pulang
Melepas semua kerinduan
Yang terpendam...

Dia menyanyikan sebagian bait lagu Kangen-nya Dewa 19. Aku baru pertama kalinya mendengar dia bernyanyi. Suaranya bagus dan merdu. Kalo karaokean di Inul Vista, dia pasti udah dapat score 98. Setelah menyanyikan lagu tersebut, ia menoleh ke arahku dan memainkan alisnya naik-turun sambil tersenyum kepadaku. Sepertinya berkata kepadaku, 'Gimana? Suara gue bagus kan?'

“Suara kamu bagus.” Aku memujinya.

“Terima kasih mamaskuu” balasnya manja.

“Tapi Dewa 19 punya enggak lagu tentang cinta beda agama? Sheila On 7 ada. Judulnya Tentang Hidup.”

Bertahan sayang dengan doamu
Kucoba bertanya pada Tuhanku

Baru dua bait aku menyanyikan lagu Tentang Hidup-nya Sheila On 7, tiba-tiba dia menimpukku dengan koin 500-an.

“Kamu engak usah nyanyi. Jelek!”

Jleb! Kata-katanya begitu menohok, enggak nyangka dia bisa berkata seperti itu. Ya! Walaupun memang benar suaraku jelek, mungkin seandainya aku ikut audisi Indonesian idol, Anang Hermansyah pasti bakal kasih aku Golden Ticket Indonesia Mencari Bakat.

“Dewa 19 juga punya kok lagu tentang beda keyakinan. Judul lagunya Shine On--

“Sheila On 7 punya lagu tentang perselingkuhan. Sephia.” Aku langsung memotong kata-katanya sebelum dia menyanyikan lagu yang dia maksud tersebut.

“Dewa 19 juga ada.” Balasnya cepat. “Aku Cinta Kau dan Dia kan lagu tentang selingkuh.”

"Itu lagunya Ahmad Band."

"Sama aja! Dhani-Dhani juga."

“Dewa 19 punya lagu tentang mantan enggak?”

“Heem.. Ada kayanya. Tapi aku lupa.”

“Bilang aja enggak ada. Sheila On 7 dong, punya lagu tentang mantan. Judulnya Mantan Kekasih.”

“Hemm.. Pasti ada sih. Tapi aku lupa dan kamu menang deh. Hahaha”

Akhirnya dia mengalah. Lagu Dewa 19 yang sejak tadi diputar di CD Player-nya dihentikan dan digantikan oleh CD Sheila On 7 yang baru saja dibeli tadi ketika kita mengunjungi toko CD di sebuah mall.

“Oh iya.. Ngomong-ngomong soal mantan. Aku mau tanya serius nih sama kamu, mas.” Ia kembali membuka percakapan.

“Tanya apa?”

“Hemm.. Hal ‘spesial’ apa yang pernah kamu lakukan sama mantan-mantan kamu?” Tanya sambil memainkan ujung jari telunjuknya ketika menyebut kata ‘spesial’. Seperti memberi sebuah tanda kutip di kata tersebut.

“Maksud kamu?”

“Kamu pasti udah tau maksud aku, mas? Tinggal jawab aja. Udah pernah apa belum?”

“……”

“Oke! Udah pernah ya.” Katanya tanpa aku sempat menjawab pertanyaannya. Dan dugaannya memang tepat

“Iya. Aku udah pernah. Tapi itu dulu, sekarang aku serius sama kamu dan yang pasti—“

“…..”

“Yang pasti aku sayang banget sama kamu. Sebelumnya aku selalu bohong sama mantan-mantan sebelum kamu, tapi kali ini aku enggak mau bohong. Itu karena aku sayang sama kamu.” Aku sedikit menarik nafas panjang. “Tapi aku enggak mau memaksa kamu, kalo menurut kamu tentang keperjakaan itu penting, kamu bisa mutusin aku sekarang juga kalau kamu mau.”

“Ini enggak fair....”

“Sheila.. Seandainya saat ini ada kata yang lebih tulus dan indah dari kata ‘maaf’, itu pasti udah aku ucapin ke kamu.”

“…..”

Aku lihat dia hanya terdiam. Beberapa kali kulihat dia mengigit bibirnya. Seperti ada yang ingin dia ucapkan namun ditahan. Tidak beberapa lama kemudian kurasakan laju mobil bergerak melambat sampai akhirnya berhenti di depan sebuah convenience store.

“Aku boleh tanya lagi, mas?” Tanyanya sambil melepaskan seat belt dari tubuhnya.

“Iya. Mau tanya apa lagi?”

“Kenapa kamu enggak balas tanya aku udah ngapain aja sama mantan-mantan aku? Bisa aja aku ini lebih buruk dari kamu, mas. Kenapa kamu enggak tanya aku?” Katanya dengan mata yang mulai sedikit berkaca-kaca.

“Karena aku enggak peduli sama masa lalu kamu. Sebab aku ingin menjalani masa depan kamu, bukan masa lalu kamu. Enggak peduli seburuk apa masa lalu kamu atau aku. Tapi jika Tuhan masih memberikan kita waktu untuk memperbaiki diri, masa depan yang indah, damai dan bergelimang harta akan tercipta untuk aku, kamu, kita.”

“....”

“Untuk mendapatkan masa depan yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, kita harus bisa untuk mengikhlaskan masa lalu.” Kataku lagi. “Tuhan itu maha baik. Memberikan kamu sehingga aku bisa meninggalkan masa lalu, memperbaiki aku hari ini agar bisa bermimpi untuk masa depan. ”

“Mas….” Tiba-tiba tangannya merangkul lengaku lalu merebahkan kepalanya di bahuku. Aku dengar sedikit suara isakan tangis darinya.

“Sheila…” Dia mengangkat wajahnya. Kulihat ada bekas air mata di kedua pipinya. Dengan lembut kuseka air mata di pipinya.

“Mamas.. Maaf yaa.” Ucapnya pelan.

“Iya. Enggak apa-apa kok. Yaudah sekarang kita jalan lagi yuk!” Aku tersenyum kepadanya.

“Enggak. Maksud aku... Maaf kita harus putus.”

“Lah? Kok gitu sih?!”

*

Sudah lima menit lebih kami berdebat, beradu argumen bahkan saling mengeluarkan kata-kata kasar. Jelas aku tidak terima diputusin secara sepihak olehnya. Ini adalah sebuah penghinaan untukku. Aku berencana untuk membawa dan menggugat kasus ini ke Mahkamah Agung. Tapi aku sadar kalau ternyata aku enggak punya tim pengacara, aku membujuk Sheila untuk meminjamkanku uang 480 juta. Tapi dia menolaknya dan malah marah-marah lagi sampai akhirnya dia menyuruhku turun dari mobil.

“Turun kamu!! Aku kesel sama kamu!!” Perintahnya.

“Loh? Kok aku sih yang turun. Biasanya kan kalo ada pasangan yang berantem di mobil, ceweknya yang harusnya turun. Kenapa sekarang aku yang harus turun?!”

“YA KARENA INI KAN MOBIL AKU!!!”

Oh, iya. Aku lupa.

Akhirnya aku turun dari mobilnya. Tapi sebelum aku tutup pintu mobilnya, aku ingin mengucapkan sedikit kata-kata perpisahan kepadanya.

“Heh! Sekali lagi aku kasih tau sama kamu. Nama gitarisnya Sheila On 7 itu Eross bukan Erros. Huruf ‘s’-nya yang dua, bukan huruf ‘r’-nya yang dua! Camkan itu!”

“BODO AMAT!”

Anjir.

BRAAAKK!!!

Dengan perasaan kesal, aku membanting pintu mobilnya dengan keras. Aku menatap mobilnya dengan penuh kebencian selayaknya kebencian Harry Potter terhadap Vagetos. Eh, salah.. Maksudku Voldemort.

Pip! Pip! Pip!

Ada sebuah pesan WhatsApp masuk. Kulihat pesan tersebut dari Sheila dan langsung kubuka 
berharap dia berubah pikiran.

Sheila MyBeb:  NUTUP PINTUNYA PELAN-PELAN BEGO!!!
Sheila MyBeb: KALO RUSAK EMANG LO SANGGUP GANTI?!!
WaOne Pedro: Eh, maaaaf. Gak sengajaa..
WaOne Pedro: Beb.. CD Sheila On 7  aku masih ada di sana. Belum aku keluarin.
Sheila MyBeb: BODO AMAT. LAGIAN INI CD KAN BELINYA PAKE DUIT GUE! JADI PUNYA GUA DONG!!
WaOne Pedro: Lah? Kok gitu sih?!

***


Tambun, 7 Februari 2015



 
Tulisan cerpen ini pernah dipublikasikan di Website-nya @KomtungTV
http://komtungtv.com/detailarticle.php?vid=182&pid=9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar